Senin, 31 Januari 2011

Menjawab Tantangan Perubahan Iklim dan Krisis Energi Listrik

Oleh: Anton Kuswoyo
[pernah dimuat di Harian Radar Banjarmasin, 25 juni 2010]

Perubahan iklim menjadi fenomena yang cukup mengkhawatirkan bagi kelangsungan makhluk hidup di Bumi. Perubahan iklim global yang disebabkan oleh meningkatnya suhu bumi, menyebabkan berbagai dampak buruk bagi makhluk Bumi, termasuk manusia. Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua samudera, negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan, turut merasakan dampak yang cukup parah dari adanya gejala perubahan iklim tersebut. Munculnya kondisi cuaca yang cukup ekstrim yang saling berlawanan, di satu wilayah terjadi kekeringan, tapi di wilayah lain mengalami banjir bandang. Belum lagi bencana angin puting beliung, badai laut yang ganas dan munculnya berbagai hama tanaman pangan yang tak terkendali.

Perubahan iklim dapat juga mencairkan es di kutub (sehingga menyebabkan ketinggian air laut meningkat), terjadi perubahan arah dan kecepatan angin, meningkatkan badai atmosfir, seperti angin puting beliung, gelombang pasang, meningkatkan intensitas petir, perubahan pola tekanan udara, perubahan pola curah hujan (banjir dan longsor serta kekeringan), dan siklus hidrologi, serta perubahan ekosistem, hingga bertambahnya jenis organisme penyebab penyakit, karena kondisi lingkungan yang labil. Tidak hanya itu, pemanasan global juga menyebabkan perubahan ekologis makhluk hidup. Hewan-hewan berdarah hangat akan pindah ke daerah yang lebih dingin (kutub atau puncak pegunungan), tumbuhan pun akan mengubah cara pertumbuhannya, karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat bahkan panas.

Meningkatnya suhu di permukaan bumi yang dikenal dengan global warming terjadi karena jumlah gas-gas CO2 dan Metana (CH4) meningkat jumlahnya di atas kondisi normal. Termasuk juga NO dan CFC (chlorofluorocarbons) yang dapat menyebabkan ribuan kali efek pemanasasan global. Gas-gas yang menyebabkan pemanasan global disebut sebagai gas rumah kaca, dan efek yang ditimbulkan dinamakan efek rumah kaca, istilah ini pertama kali di usulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824.
Sebenarnya efek rumah kaca bermanfaat penting untuk menjaga suhu di permukaan bumi, jika prosesnya berjalan normal dan tidak berlebihan, mengingat suhu di luar angkasa sangat dingin. Radiasi matahari yang terpancar menuju bumi, ketika sampai pada atmosfer bumi sebagian dari radiasi tersebut dipantulkan melalui sinar infra merah dan sebagian lagi diteruskan menuju permukaan bumi. Panas tersebut dipantulkan oleh permukaan bumi dan sebagian di serap oleh gas-gas rumah kaca. Penyerapan panas yang dilakukan oleh gas rumah kaca ini menyebabkan bumi kita menjadi hangat.

Namun yang tejadi saat ini dengan semakin meningkatnya gas-gas rumah kaca membuat bumi menyerap lebih banyak panas dan terjadilah apa yang kita sebut dengan pemanasan global. Pemanasan global ini berdampak besar terhadap perubahan iklim dunia. Iklim menyangkut semua peristiwa yang terjadi di atmosfir yang diantaranya radiasi sinar matahari, suhu udara, tekanan udara, angin, hujan dan awan, kelembaban udara dan penguapan. Keseluruhannya itu disebut juga unsur-unsur cuaca.
Demikianlah kondisi bumi kita jika terjadi pemanasan global. Semuanya menjadi tidak stabil. Nah, langkah penting yang harus diambil untuk mencegah terjadinya pemanasan global (minimal) ada dua, yakni mengurangi sumber penghasil gas rumah kaca dan menyerap/mendaur ulang gas rumah kaca yang berlimpah di udara.

Di sini peran generasi muda sangat diharapkan untuk turut serta menangani dan memberi solusi terbaik dalam masalah perubahan iklim. Salah satu upaya ke arah menangani dampak perubahan iklim yaitu menemukan energi alternatif ramah lingkungan berbasis sumber daya alam lokal, yang sedang penulis lakukan penelitian, berupa pembuatan project penelitian yang berjudul: Pembuatan Pembangkit Listrik GeoPower dengan Memanfaatkan Air dan Tanah Gambut Berdasarkan Prinsip Galvani dengan Variasi Elektroda sebagai Solusi Masalah Lingkungan dan Krisis Energi. Project tersebut diterima dan dinyatakan lulus seleksi akhir untuk diikutsertakan dalam Program Climate-Smart Leaders (www.climatesmartleaders.net) di Jakarta.

Pembuatan Pembangkit Listrik GeoPower dengan Memanfaatkan Air dan Tanah Gambut Berdasarkan Prinsip Galvani dengan Variasi Elektroda Sebagai Solusi Masalah Lingkungan dan Krisis Energi, memanfaatkan prinsip sel galvani namun dengan menggunakan air dan tanah gambut yang ada di alam sebagai elektrolitnya. Dengan memasang minimal dua elektroda yakni tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada air dan tanah Gambut, maka akan menghasilkan arus listrik yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber listrik alternatif. Untuk memperbesar tegangan (voltase) digunakan benyak elektroda (dalam jumlah genap dan berpasangan) kemudian dirangkai secara seri antara sepasang elektroda dengan pasangan elektroda lainnya (pasangan elektroda adalah tembaga dan seng).

Lahan gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3 - 5. Gambut oligotropik, seperti banyak ditemukan di Kalimantan, mempunyai kandungan kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Na sangat rendah terutama pada gambut tebal. Semakin tebal gambut, basa-basa yang dikandungnya semakin rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam. Tingkat keasaman tinggi dan kandungan berbagai zat kimia, cukup memungkinkan jika air dan tanah gambut dijadikan semacam elektrolit, untuk menghasilkan energi listrik melalui reaksi kimia, seperti pada sel galvani
Dengan demikian, project ini akan menghasilkan luaran berupa energi listrik alternatif ramah lingkungan yang sumbernya melimpah ruah di Kalimantan Selatan khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Sehingga akan menjadi solusi terhadap (minimal) tiga permasalahan, yakni: menjadi solusi tepat terhadap permasalahan krisis energi, dapat menstabilkan harga bahan bakar fosil, karena sudah ditemukannya energi pengganti sehingga ketergantungan terhadap bahan bakar fosil berkurang, dan yang terakhir, mengurangi pencemaran polusi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming.

Semoga riset ke arah energi alternatif lahan gambut tersebut akan bisa terlaksana dalam waktu dekat ini dan memberikan hasil yang bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat, sebagai bentuk sumbangsih ilmu pengetahuan dan karya anak negeri, Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar